Senin, 01 Februari 2010

Alinea - Dra. Retno Danu R., M.pd.


A. Pengertian Alinea
Alinea bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri dari beberapa kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Keraf berpendapat ‘Alinea tidak lain adalah suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Alinea merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu ranagkaian untuk membentuk suatu gagasan.’ Alinea dikenal juga dengan nama lain paragraf. Alinea dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (bergeser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan alinea berikutnya mengikuti penyajian seperti alinea pertama. Kalimat-kalimat dalam alinea memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk suatu gagasan atau topik. Sebuah alinea dapat terdiri atas sebuah kalimat, dua buah kalimat,atau mungkin juga lebih dari dua buah kalimat.
Jadi yang dimaksud dengan Alinea adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Alinea merupakan satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Di surat kabar sering kita temukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat saja. Alinea semacam itu merupakan alinea yang tidak dikembangkan. Dalam karangan yang bersifat ilmiah alinea semacam itu jarang kita jumpai.
Dalam penggabungan beberapa kalimat menjadi sebuah alinea itu diperlukan adanya kesatuan dan kepaduan. Yang dimaksud kesatuan adalah keseluruhan kalimat dalam alinea itu membicarakan satu gagasan saja. Yang dimaksud kepaduan adalah keseluruhan kalimat dalam alinea itu secara kompak atau saling berkaitan mendukung satu gagasan itu.

Contoh sebuah alinea :
Sampah selamanya selalu memusingkan. Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkali-kali pula jalan pemecahannya dirancang. Namun, keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki tetap menjadikan sampah sebagai masalah yang pelik. Pada waktu seminar-seminar itu berlangsung, penimbunan sampah terus terjadi. Hal ini mengundang keprihatinan kita karena masalah sampah banyak sedikitnya mempunyai kaitan dengan masalah pencemaran air dan banjir. Selama pengumpulan pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan baik, selama itu pula sampah menjadi masalah.
Alinea di atas terdiri dari enam kalimat. Semua kalimat itu membicarakan soal sampah. Oleh sebab itu, alinea tersebut mempunyai topik ”masalah sampah” karena pokok permasalahan dalam alinea itu adalah masalah sampah.
Topik alinea adalah pikiran utama di dalam sebuah alinea. Semua pembicaraan dalam alinea itu terpusat pada pikiran utama ini. Pikiran utama itulah yang menjadi topik persoalan atau pokok pembicaraan. Oleh sebab itu, ia kadang-kadang disebut juga gagasan pokok di dalam sebuah alinea. Dengan demikian, apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah alinea, itulah topik alinea.

B. Persyaratan Alinea
Alinea yang efektif memenuhi dua syarat, yaitu: (1) adanya kesatuan makna (koherensi), (2) adanya kesatuan bentuk (kohesi), dan (3) hanya memiliki satu pikiran utama.
1. Kesatuan Makna (Koherensi)
Sebuah alinea dikatakan mengandung kesatuan makna jika seluruh kalimat dalam alinea itu hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik, atau satu masalah saja. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan tema atau pikiran tersebut akan menyulitkan pembaca dalam memahami. Jika dalam sebuah alinea terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam alinea itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.

Perhatikan alinea di bawah ini !
Sekitar 60 hektare tanaman padi di Desa Wates, Kecamatan Undaan, dan di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, serta sekitar 100 hektare di Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, diserang hama keong mas. Agar serangan keong mas tidak meluas, Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Kudus Budi Santoso dan Kepala Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Pati Pujo Winarno, Selasa (18/4), meminta agar petani melakukan antisipasi lebih dini. Pujo Winarno, (di depan) petani di Desa Baleadi, Kecamatan Sukolilo, menyatakan ada sejumlah peternak mau membeli keong mas untuk dijadikan pakan itik.
(“Kilasan Daerah”, Kompas, 19 April 2006, h. 24)
Jika alinea di atas kita cermati, nyatalah bahwa alinea di atas membicarakan satu topik saja, yaitu “serangan keong mas”. Kalimat pertama membicarakan serangan keong mas pada tanaman padi di tiga kecamatan dalam dua daerah kabupaten di Jawa Tengah. Kalimat kedua membicarakan langkah pencegahan peluasan serangan hama keong mas. Kalimat ketiga membicarakan adanya peternak yang mau membeli keong mas.

2. Kesatuan Bentuk (Kohesi)
Kesatuan bentuk alinea atau kohesi terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus, lancar, dan logis. Koherensi itu dapat dibentuk dengan menggunakan penghubung alinea yaitu, cara repetisi, penggunaan kata ganti, penggunaan kata sambung atau frasa penghubung antarkalimat.
2.1 Penghubung Alinea
Agar alinea menjadi padu (kohesi) digunakan penghubung alinea, berupa :
1. Frasa penghubung antarkalimat
2. Kata ganti
3. Repetisi (pengulangan kata yang dipentingkan).
2.1.1 Frasa Penghubung
Jenis Frasa Penghubung Contoh Frasa Penghubung
1. Hubungan Tambahan lebih lagi, selanjutnya, tambah pula, di samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, di samping itu, lagi pula.

2. Hubungan Pertentangan akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.

3. Hubungan Perbandingan sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan itu

4. Hubungan Akibat oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka, oleh sebab itu
5. Hubungan Tujuan untuk itu, untuk maksud itu

6. Hubungan Singkatan singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan.

7. Hubungan Waktu sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian

8. Hubungan Tempat berdekatan dengan itu

Alinea di bawah ini memperlihatkan pemakaian Frasa Penghubung antarkalimat !

Belum ada isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik tabungan deposito mereka. Sementara itu, bursa efek Indonesia mulai goncang dalam menampung serbuan para pemburu saham. Pemilik-pemilik uang berusaha meraih sebanyak-banyaknya saham yang dijual di bursa. Oleh karena itu, bursa efek berusaha menampung minat pemilik uang yang menggebu-gebu. Akibatnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam tempo cepat melampaui angka 100 persen. Bahkan, kemarin IHSG itu meloncat ke tingkat 101,828 persen.
Dengan dipasangnya penghubung antar kalimat : sementara itu, oleh karena itu, akibatnya, dan bahkan dalam alinea tersebut, kepaduan alinea terasa sekali, serta urutan kalimat-kalimat dalam alinea itu logis dan kompak.
2.1.2 Kata Ganti
Frasa Penghubung alinea dapat juga berupa kata ganti, baik kata ganti orang maupun kata ganti yang lain.
2.1.2.1 Kata Ganti Orang
Dalam usaha memadukan kalimat-kalimat dalam suatu alinea, kita banyak menggunakan kata ganti orang. Pemakaian kata ganti ini berguna untuk menghindari penyebutan nama orang berkali-kali. Kata ganti yang.dimaksud adalah saya, aku, ku, kita, kami (kata ganti orang pertama), engkau, kau, kamu, mu, kamu sekalian (kata ganti orang kedua), dia, ia, beliau, mereka, dan nya (kata ganti orang ketiga). Hal ini dapat kita lihat pada contoh alinea berikut ini :
Kata mereka dipakai sebagai pengganti kata Rizal, Rustam, dan Cahyo agar nama orang tidak disebutkan berkali-kali dalam satu alinea. Penyebutan nama orang yang berkali-kali dalam satu Alinea akan menimbulkan kebosanan serta menghilangkan keutuhan alinea.
Hal ini dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini :
Pengulangan Hajjah Utamiwati akan menimbulkan kesan kekurang paduan dua kalimat itu.

Bentuk nya dalam kalimat di atas adalah bentuk singkat dari kata ganti orang ketiga, yaitu Hajjah Utamiwati. Dengan demikian, kepaduan kalimat-kalimat itu dapat kita rasakan.

Semua kata ganti orang hanya dapat menggantikan nama orang dan hal-hal yang dipersonifikasikan. Kalimat berikut ini memperlihatkan hal yang dipersonifikasikan dari subjek kalimat.

Sesudah dikatakan bahwa kata ganti orang hanya dipakai untuk menggantikan nama orang dan hal-hal yang dipersonifikasikan. Dalam hal ini, bentuk nya merupakan pengecualian. Bentuk nya tidak
hanya menggantikan nama orang dan hal yang dipersonifikasikan, tetapi juga menggantikan benda-benda yang tidak bernyawa.

Dalam masalah pemakaian kata ganti orang ketiga, kata ganti itu harus digunakan pada tempatnya yang tepat. Beberapa contoh kalimat dalam pemakaian kata ganti orang ketiga :
1a. Buku Sutan Takdir Alisjahbana banyak sekali. Beliau adalah budayawan yang sangat
disegani.(Salah)
1b. Sutan Takdir Alisjahbana mengarang buku banyak sekali. Beliau adalah budayawan yang
sangat disegani. (Betul)
2a. Hutan-hutan di Indonesia habis ditebangi oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka
hanya mementingkan diri sendiri.(Salah)
2b. Orang-orang yang tidak bertanggung jawab menebangi hutan-hutan di Indonesia habis-
habisan. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. (Betul)
3a. Di mana-mana pabrik didirikan oleh konglomerat. Dengan demikian, mereka menganggap
bahwa masalah pengangguran telah teratasi. (Salah)
3b. Di mana-mana konglomerat mendirikan pabrik. Dengan demikian, mereka menganggap
bahwa masalah pengangguran telah teratasi. (Betul)

2.1.2.2 Kata Ganti yang Lain
Kata ganti lain yang digunakan dalam meneiptakan kepaduan alinea ialah itu, ini, tadi, begitu, demikian, di situ, ke situ, di atas, di sana, di sini dan sebagainya.

2.1.3 Repetisi
Di samping itu, kata penghubung dapat pula berupa pengulangan kata (repetisi), seperti kata sampah pada contoh alinea yang pertama. Pengulangan kata-kata kunci ini perlu dilakukan dengan hati-hati (tidak terlalu sering).

Pengulangan atau repetisi kata kunci sampah, sampah organik, dan sampah anorganik membuat kalimat-kalimat dalam alinea itu jalin-menjalin menjadi satu kesatuan alinea yang padu. Penggunaan kata ganti nya yang mengacu kepada sampah organik dan sampah anorganik selain menjalin kepaduan juga membuat variasi penggunaan kata untuk menghindarkan kebosanan pembacanya (Bandingkan jika kata ganti nya dikembalikan ke kata acuannya, yaitu sampah organik dan sampah anorganik).
Dalam penggunaan repetisi nama orang hendaknya dibuatkan variasinya dengan kata ganti, frasa, atau idiom yang merujuk ke pengertian yang sama.


Dalam alinea di atas, Presiden Abdurrahman Wahid digantikan dengan Gus Dur; Presiden ke-4 Republik Indonesia; Kyai dari Jawa Timur; dia; mantan ketua PBNU. Selain penggunaan kata gantinya, dalam alinea di atas digunakan kata sambung bahkan dan kata kata penghubung antarkalimat akibatnya dan namun.

3. Hanya Memiliki Satu Pikiran Utama
Alinea yang baik harus hanya memiliki satu pikiran utama atau gagasan pokok. Jika dalam satu alinea terdapat dua atau lebih pikiran utama, alinea tersebut tidak efektif. Alinea tersebut harus dipecah agar tetap memiliki hanya satu pikiran utama. Satu pikiran utama itu didukung oleh pikiran-pikran penjelas. Pikiran-pikiran penjelas ini lazimnya terwujud dalam bentuk kalimat-kalimat penjelas yang tentu harus selalu mengacu pada pikiran utama.

C. Struktur Alinea
Kalimat-kalimat yang membangun alinea pada umumnya dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu :
(1) kalimat topik atau kalimat utama, dan
(2) kalimat penjelas atau kalimat pendukung.
Kalimat topik atau kalimat utama, biasanya ditempatkan secara jelas sebagai kalimat awal suatu alinea. Kalimat utama ini kemudian dikembangkan dengan sejumlah kalimat penjelas sehingga ide atau gagasan yang terkandung kalam kalimat utama itu menjadi semakin jelas.
1. Kalimat Topik
Biasanya diletakkan pada awal alinea, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir alinea. Kalimat pokok adalah kalimat inti yang berupa ide atau gagasan dari sebuah alinea. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.
Ciri kalimat topik adalah:
1. mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci atau diuraikan
lebih lanjut
2. merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri
3. mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan
kalimat lain
4. dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.

2. Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu alinea.
Ciri kalimat penjelas adalah:
1. (dari segi arti) sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri
2. arti kalimat kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan
kalimat lain dalam alinea
3. pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa
transisi
4. isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang mendukung
kalimat topik
Kalimat-kalimat penjelas atau kalimat-kalimat bawahan itu menjelaskan kalimat topik dengan empat cara, yaitu:
1. Dengan ulangan, yaitu mengulang balik pikiran utama. Pengulangannya biasanya menggunakan kata-kata lain yang bersamaan maknanya (sinonimnya).
2. Dengan pembedaan, yaitu dengan menunjukkan maksud yang dikandung oleh pikiran utama dan
menyatakan apa yang tidak terkandung oleh pikiran utama.
3. Dengan contoh, yaitu dengan memberikan contoh-contoh mengenai apa yang dinyatakan dalam kalimat topik.
4. Dengan pembenaran, yaitu dengan menambahkan alasan-alasan untuk mendukung ide pokok. Biasanya kalimat pembenaran itu diawali/disisipi kata “karena, sebab”.

D. Jenis-jenis Alinea
Jenis alinea itu bermacam-macam, secara umum ada tiga dasar penjenisan alinea, yaitu (1) posisi kalimat topiknya, (2) isinya, dan (3) fungsinya dalam karangan.
1. Berdasarkan posisi atau letak kalimat topiknya, alinea dibedakan atas:
a. alinea deduktif
b. alinea induktif
c. alinea deduktif-induktif
d. alinea ineratif
e. alinea deskriptif atau naratif.
Alinea deduktif adalah alinea yang kalimat topiknya terletak pada awal alinea. Istilah deduktif artinya bersifat deduksi. Kata deduksi yang berasal dari bahasa Latin: deducere, deduxi, deductum berarti ‘menuntun ke bawah; menurunkan’; deductio berarti ‘penuntunan; pengantaran’. Alinea deduktif merupakan alinea yang dimulai dari pernyataan yang bersifat umum, kemudian diturunkan atau dikembangkan dengan menggunakan pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus. Pernyataan yang bersifat khusus itu bisa berupa penjelasan, rincian, contoh-contoh, atau bukti-buktinya. Karena alinea itu dikembangkan dari pernyataan umum dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan khusus, dapatlah dikatakan bahwa penalaran alinea deduktif itu berjalan dari umum ke khusus.
Sebaliknya, jika kalimat topik terletak pada akhir alinea, alinea tersebut disebut alinea induktif. Istilah induktif artinya bersifat induksi. Kata induksi yang berasal dari bahasa Latin: ducere, duxi, ductum berarti ‘membawa ke; mengantarkan’; inducere, induxi, inductum berarti ‘membawa ke; memasukkan ke dalam’. Lebih lanjut istilah induksi dijelaskan sebagai metode pemikiran yang bertolak dari hal khusus untuk menentukan hukum atau simpulan. Karena pernyataan khusus dapat berupa contoh-contoh, dan pernyataan umum itu berupa hukum atau simpulan, maka dapat dikatakan bahwa alinea induktif itu dikembangkan dari contoh ke hukum atau simpulan.
Adakalanya seorang penulis tidak cukup menegaskan pokok persoalannya pada kalimat awal alinea. Setelah menjelaskan isi kalimat topik atau memberikan rincian, contoh-contoh, atau bukti-buktinya, penulis merumuskan simpulannya dengan sebuah kalimat pada akhir alineanya. Simpulan itu dapat berupa kalimat awal alinea tersebut, dan dapat pula dengan sedikit divariasikan, tetapi makna atau maksudnya sama. Alinea semacam inilah yang disebut alinea campuran. Sebab, menggunakan cara deduktif juga induktif. Selain kedua alinea di atas, terdapat pula jenis
Alinea ineratif, yaitu alinea yang memiliki kalimat topik di tengah alinea. Adapun yang dimaksud dengan alinea deskriptif/ naratif atau penuh kalimat topik adalah alinea yang tidak secara jelas menampilkan kalimat topiknya. Karena tidak jelas kalimat topiknya, ada orang yang menyebutnya sebagai alinea tanpa kalimat topik. Walaupun kalimat topiknya tidak jelas, alinea tersebut tetap memiliki topik atau pikiran utama yang berupa intisari alinea. Alinea semacam ini banyak kita jumpai dalam karangan berjenis naratif atau deskriptif. Oleh karena itu, alinea semacam ini sering disebut juga alinea naratif atau deskriptif.

Alinea di atas terbentuk oleh enam buah kalimat. Kalimat awal alinea bukan kalimat utamanya. Kalimat akhir pun bukan kalimat utamanya. Kalimat utama alinea di atas tidak tersurat jelas. Namun, dapat disimpulkan bahwa pikiran utama atau topik alinea di atas yaitu pada “suatu malam gadis cantik itu meninggalkan rumahnya.”

2. Berdasarkan isinya, alinea dibedakan atas:
a. alinea naratif
b. alinea deskriptif
c. alinea ekspositoris
d. alinea argumentatif
e. alinea persuasif.

Secara harfiah, alinea naratif adalah alinea yang bersifat atau berhubungan dengan karangan jenis narasi. Narasi adalah jenis karangan yang isinya mengisahkan kehidupan seseorang. Oleh karena itu, alinea naratif adalah alinea yang isinya mengisahkan kehidupan seseorang. (Bahasa Latin: narrare: menceritakan; bercerita; narratio: penceritaan; narrativus: bersifat penceritaan).

Alinea deskriptif (dari bahasa Latin: describere: membuat gambaran; descriptio: pemerian, pembeberan, penggambaran) adalah alinea yang isinya menggambarkan keadaan sesuatu atau suasana tertentu, atau yang isinya membeberkan hal orang, benda, keadaan, sifat, atau keadaan tertentu. Untuk memberikan gambaran tentang sesuatu, biasanya penulis merinci sesuatu itu secara lengkap dan cermat. Dengan membaca rincian yang lengkap dan cermat, pembaca memperoleh gambaran tentang keadaan atau sosok sesuatu.

Alinea ekspositoris (bahasa Latin: exponere: membentangkan, memaparkan) adalah alinea yang berisi pemaparan sesuatu sehingga pembaca memperoleh wawasan atau pengetahuan yang disampaikan oleh penulis. Untuk mengkonkretkan pemaparannya, penulis mengemukakan contoh-contoh, bukti-bukti, atau proses sesuatu yang dikemukakannya.

Alinea argumentatif (bahasa Latin: arguere: membuktikan, meyakinkan seseorang; argumentatio: pembuktian) adalah alinea yang isinya meyakinkan pembaca dengan mengemukakan bukti-bukti konkret atau fakta-fakta yang konkret. Dengan menyampaikan bukti-bukti atau fakta sesuatu yang dikemukakan, diharapkan pembaca meyakini pernyataan penulis.

Alinea persuasi (bahasa Latin: persuadere: meyakinkan seseorang; membujuk; persuatio: keyakinan; bujukan) adalah alinea yang isinya mempengaruhi atau membujuk pembacanya untuk mengikuti apa yang disarankan oleh penulisnya. Untuk mempengaruhi pembacanya, biasanya penulis tidak cukup dengan mengemukakan bukti-bukti yang meyakinkan, tetapi juga menyampaikan saran atau ajakan untuk melakukan sesuatu. Biasanya saran atau ajakan tersebut disampaikan pada akhir alinea atau akhir karangan. Contoh yang nyata adalah alinea dalam suatu iklan sesuatu. Adapun kata-kata yang digunakan untuk membujuk atau menyarankan antara lain jangan lewatkan kesempatan, jangan salah pilih, pilihlah, gunakan, beli saja, dsb.

3. Berdasarkan fungsinya dalam karangan, alinea dibedakan atas:
a. alinea pembuka
b. alinea penghubung atau pengembang
c. alinea penutup.

3.1 Alinea Pembuka
Alinea ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian dan berfungsi membuka atau mengawali pembahasan dalam karangan tersebut. Sepanjang apa pun karangan yang dibuat, alinea pembukanya hanya satu saja.. Oleh sebab itu, alinea pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ini ialah dengan mengutip pernyataan yang memberikan rangsangan dari para orang terkemuka atau orang yang terkenal.
3.2 Alinea Pengembang
Alinea pengembang ialah alinea yang terletak antara alinea pembuka dan alinea yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab itu. Alinea ini mengembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Dengan kata lain, alinea pengembang mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh sebab itu, satu alinea dan alinea lain harus memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Alinea itu dapat dikembangkan dengan cara ekspositoris, dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan cara argumentatif yang akan dibicarakan pada halaman-halaman selanjutnya.

3.3 Alinea Penutup
Alinea penutup adalah alinea yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya, alinea penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya. Semua alinea yang terdapat di antara alinea pembuka dan alinea penutup, yang jumlahnya tidak tertentu, disebut alinea penghubung atau alinea pengembang karena fungsinya mengembangkan gagasan dalam pembahasan persoalan dalam karangan itu.

E. PENGEMBANGAN ALINEA
Pengembangan alinea berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama alinea. Selain posisi kalimat topik, pengembangan alinea berhubungan pula dengan fungsi alinea yang akan dikembangkan: sebagai alinea pembuka, pengembang, atau penutup. Akhirnya, metode pengembangan alinea akan bergantung pula pada sifat informasi yang akan disampaikan: persuatif, argumentative, naratif, deskriptif, atau ekspositoriss.
Setelah mempertimbangkan ketiga faktor di atas, barulah seseorang memilih satu metode pengembangan alinea yang dianggap tepat dan efektif.
Metode yang dipakai adalah :
1. Metode definisi
2. Metode proses
3. Metode contoh
4. Metode sebab-akibat
5. Metode umum-khusus
6. Metode klasifikasi
Dalam praktek mengarang, keenam metode pengembangan alinea tersebut dapat dipakai silih
Berganti sesuai dengan keperluan pengarang atau penulisnya. Jumlah alinea tidak terbatas pada satu atau dua alinea untuk setiap jenis.

1. Metode Definisi
Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan pengertian/ konsep istilah tertentu. Satu hal yang perlu diingat dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan di dalam teks definisi itu.

2. Metode Proses
Sebuah alinea dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu.

3. Metode Contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrasi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk alinea.

4. Metode Sebab-Akibat
Metode sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Faktor yang terpenting dalam metode kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan penyebabnya harus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan pikiran manusia. Metode kausalitas umumnya tampil di tengah karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat alinea argumentative murni atau dikombinasikan dengan deskriptif atau ekspositoris.
5. Metode Umum-Khusus
Metode umum-khusus atau khusus-umum paling banyak dipakai untuk mengembangkan gagasan alinea agar tampak teratur.

6. Metode Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokkan benda-benda atau nonbenda yang memiliki ciri seperti sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain, cara yang paling tepat. Namun, pengelompokkan tidak berhenti pada inventaris persamaan dan perbedaan. Setelah dikelompokkan, lalu dianalisa untuk mendapatkan generalisasi, atau paling tidak untuk dperbandingkan atau dipertentangkan satu sama lain.



DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Finoza, Lamudin. Komposisi. Jakarta : PT. Gramedia. 1999.
Keraf, Gorys. Cara Menulis. Jakarta : PT. Gramedia. 1999.
Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta : PT. Gramedia. 2004.

Internet :
http://sunarno5.wordpress.com/2008/12/02/paragraf-induksi-dan-deduksi/
http://organisasi.org/pengertian_paragraf_alinea_dan_bagian_dari_paragraf_bahasa_indonesia
http://oefy.blogmalhikdua.com/index.php/archives/44
http://www.smak2.com/index.php?option=com_content&view=article&id=49&Itemid=16
http://perpusol-samsam.blogspot.com/2009/05/paragraf-dalam-bahasa-indonesia.html
http://ww.sentra-edukasi.com/2009/08/materi-bindo-definisi-paragraf
http://basasin.blogspot.com/2009/06/macam-macam-paragraf.html
http://peperonity.com/go/sites/mview/bahasa-indonesia/17750098

Tidak ada komentar:

Posting Komentar